FILSAFAT DAN BAHASA
Suatu sistem filsafat dipandang sebagai suatu bahasa dan perenungan
kefilsafatan, bahkan sebagai penyusunan bahasa. Alat terpokok dari semua
filsafat adalah bahasa. Ungkapan pikiran dan hasil perenungan kefilsafatan
tidak dapat dilakukan tanpa bantuan bahasa. Maka, untuk selanjutnya dalam usaha
memahami filsafat dan tugas filusuf, mempelajari bahasa yang digunakan dalam
kefilsafatan.
Pembedaan antara pembicara tentang filsafat dan dalam
filsafat. Pertama-
tama, berbicara tentang filsafat. Bicara tentang filsafat merupakan bagian
berbicara di dalam filsafat. Dengan ini,
filsafat merupakan suatu cabang filsafat. Pembedaan di antara berbicara tentang bahasa dan
berbicara di dalam bahasa adalah penting.
contoh: “ ‘kucing’ menunjukkan seekor binatang yang berkaki empat.”
mengenai ‘kucing’ bukan kucing sesungguhnya. Pernyataan
menerangkan tanda kutip tunggal mengurung kata tersebut. Maka, mengatakan apa
yang ditunjuk oleh kata kucing. Kami
maksudkan, kucing( tanpa tanda kutip), binatang sesungguhnya, maka: “
Kucing menunjukkan seekor binatang yang berkaki empat”. Kalimat tidak bermakna,
kucing tidaklah menunjukkan seekor binatang yang berkaki empat, tetapi kucing
seekor binatang yang berkaki empat.
Di lain pihak “ ’Kucing’ makan daging”. Kalimat tidak
bermakna karena perkataan dinyatakan di dalam bahasa, tetapi tentang
bahasakalimat merupakan kalimat yang mengenai dirinya sendiri. Misal: “ Kalimat
itu memiliki lima perkataan”. Kitapun menjumpai kalimat tentang kalimat.
Pernyataan “ yang nyata ialah yang rasional” pernyataan ini mengandung makna
dan benar. Kalimat ini mengandung makna karena pernyataan tentang kalimat yang
terdapat di dalam perenungan kefilsafatan. Jawaban terhadap pertanyaan itu sendiri.
Ciri yang menonjol dari filsafat. Mungkin untuk berbicara tentang fisika tanpa
berbicara istilah fisika, atau bicara tentang matematika tanpa menguraikan
persamaan. Tetapi, tidak dapat berbicara tentang filsafat kecuali di dalam
istilah filsafat. Pertanyaan “ Apakah filsafat itu?” merupakan pertanyaan
kefilsafatan. Tetapi, pertanyaan apakah fisika itu?” bukanlah pertanyaan di
dalam fisika. Istilah tersebut
membicarakan hubungan antara filsafat dengan pengetahuan lain. Seperti ilmu
jiwa, fisika, ilmu sosial, agama. Filsafat bicara tentang. Tentang agama, maka
kita berada di dalam filsafat agama. Karena di dalam agama, maka pertanyaan
yang diajukan pertanyaan keagamaan. Juga berlaku bagi ilmu lain.
Hakikat bahasa, bahasa tersusun dari perangkat tanda yang digabung dengan
cara tertentu. Ada tanda satu demi satu, seperti huruf abjad. Bila huruf
digabungkan maka darinya menimbulkan yang dinamakan “kata” atau “ istilah
dasar” bahasa. Misal: huruf a, t, d, c. Jika, a,t, c, digabungkan dengan urutan
tepat, maka kita akan memperoleh “cat” yang menunjukkan seekor binatang.
Menurut buku dictionary of filosofy atau( karangan D.D. Runes) “hendaknya kita
jangan merasa sudah puas dalam hal makna yang dikandung oleh suatu istilah.
Janganlah kita beranggapan telah mengetahui sepenuhnya makna yang dikandung
oleh suatu istilah. Bahkan sebaliknya, kita justru harus selalu siap
beranggapan bahwa kita tidak mengetahui maknanya. Perkataan bahasa kefilsafatan
merupakan perkataan yang memperoleh makna khusus. Dalam bahasa kefilsafatan
yang penting ialah hendaknya kita jangan merasa sudah puas dalam hal makna yang
dikandung oleh suatu istilah.
Simbol dan perkataan. Kata atau istilah merupakan simbol. Berarti perkataan
atau istilah merupakan tanda yang dipakai untuk menunjuk sesuatu di balik
perkataan atau istilah itu sendiri. Perkataan atau istilah mewakili barang atau
mewakili gagasan atau setidaknya mewakili sesuatu. Maka, setiap perkataan
mempunyai tiga macam segi:
1. tanda itu sendiri.
2. sesuatu yang ditunjukkan.
3. subjek yang memakai perkataan itu.
Masalah tanda, sering tidak penting dalam kefilsafatan,
meskipun bahwa perkataan berupa tanda dengan cara tertentu menjadi penting
menyangkut maknanya. Ada orang yang
percaya bahwa perkataan merupakan maknanya. Tetapi apakah saya mengatakan tisch
atau meja, namun yang ingin saya katakan adalah barang yang sama.
Makna perkataan. Barang sesuatu yang ditunjuk oleh suatu tanda atau perkataan
dinamakan yang diacunya atau makna objeknya. Sering menentukan yang diacu oleh
suatu perkataan. Misal: menentukan apa yang ditunjuk oleh perkataan Tuhan atau
demokrasi. Ini merupakan masalah menentukan makna perkataan. Aspek ketiga
perkataan ialah hubungan perkataan dengan pikiran seseorang. Bagi orang tadi,
perkataan merupakan perkataan. Misal: diacu dengan perkataan demokrasi mungkin
tidak didefinisikan. Tetapi, perkataan tadi bagi seseorang mengacu kepada
Amerika. Sedangkan bagi orang lain, mengacu pada penghisapan kapitalis. Dengan
kata lain, perkataan menimbulkan pelbagai gagasan atau emosi jiwa seseorang
yang mendengarnya. Dapat menyebabkan tindakan dengan cara yang khusus.
Hendaknya tanda yang sama menunjukkan perkataan secara semantik dan/ atau
pragmatik dalam keadaan yang berbeda. Misal: perkataan “ kapitalis” merupakan
istilah pujian atau hubungan yang lain dapat menimbulkan sikap yang menghina.
Maka, perkataan dapat mengandung makna baik secara semantik maupun secara
pragmatik.
Kalimat dan pernyataan. Jika kata disatukan dengan aturan
sintaksis( tata bahasa) maka terjadilah kalimat. Misal: ‘reallity’ ( realitas),
‘matter’ ( materi), ‘is’ (adalah, itu), ‘of’ (dari), ‘composed’ ( terdiri),
‘and’ (dan), ‘mind’ ( roh). Jika perkataan dibariskan sehingga memenuhi aturan
sintaksis bahasa inggris, kita memperoleh pernyataan “ Reallity is composed of
matter and mind” ( realitas terdiri dari materi dan roh). Atau perkataan ‘obey’
( taati), ‘ law’( hukum), ‘the’. Perkataan jika digabungkan terdapat kalimat “
obey the law” ( taatilah hukum), suatu pemerintah. Antara kalimat suatu bahasa,
ada kalimat yang disebut kalimat berita. Kalimat berita: kalimat menyatakan
keadaan itulah yang merupakan halnya. Kalimat berita juga dinamakan pernyataan-
pernyataan. Misal: “ yang ada tiu bersifat tunggal” menyatakan ketunggalan yang
ada. Ini merupakan pernyataan karenanya dianggap menyatakan sesuatu yang benar.
Kalimat bersangkutan sifat dari apa yang dimaksudkan dengan perkataan “yang
ada”. Kalimat ini menyatakan “ yang ada” itu mempunyai sifat ditunjuk dengan
kata tunggal. Ada empat cara untuk berbicara tentang pernyataan:
1. pernyataan itu digunakan untuk apa?
2. apakah makna pernyataan itu?
3. apakah pernyataan ibu benar atau sesat?
4. apakahsintaksis pernyataan itu?
Pertanyaan terakhir tercakupdalam bidang khusus logika,
pertanyaan pertama termasuk dalam bidang pragmatika, kita hanya membicarakan
yang kedua dan ketiga dalam cabang filsafat yang tersisa.
Penggunaan pernyataan. Untuk sejumlah tujuan memuat atau memberitahukan
pengetahuan. Misal: pernyataan, “ dunia terdiri dari suatu deretan objek di
dalam ruang” atau “ Tuhan bersifat pengampun”, dimaksudkan untuk memuat
informasi. Pernyataan digunakan untuk memuat pengetahuan, setelah dianalisa
ternyata tidak demikian. Ini dapat terjadi baik karena pernyataan sesat maupun
karena pernyataan itu tidak mengandung makna. Dalam pernyataan yang sesat
dipandang memberitahukan pengetahuan. Hendaknya selalu diingat perbedaan antara
pernyataan yang sesat dengan pernyataan tiada mengandung makna. Misal: “
matahari terbit pada tengah malam” tentu sesat. Pernyataaan bermaksud memuat
pengetahuan, pernyataan mengandung makna. Jika kita mengetahui sungguh- sungguh
sesat, pernyataan tidak memuat pengetahuan. Tetapi pernyataan, “ kertas yang
saya tulis ini ingin sekali makan daging dan kentang,” jelas tidak mengandung
makna, meskipun unsur- unsurnya mengandung makna. Karena dengan mudah diketahui
kertas bukan jenis hal yang mempunyai keinginan yang dapat makan. Unsur
tersebut tidak ada artinya. Pernyataan kefilsafatan untuk memuat
pengetahuan.karena itu, bila kita mempertimbangkannya. pernyataan dapat
digunakan untuk mendorong serta mengarahkan perbuatan oranglain. Pernyataan, “
Tuhan bersifat pengampun.” pernyataan ini lebih untuk mendorong orang untuk
melakukan suatu perbuatan tertentu daripada untuk memuat informasi. Pernyataan “
sesungguhnya sejarah telah ditentukan dan perbuatan saya tidak dapat
dihindarkan.” pernyataan ini mengandung informasi, tetapi merupakan percobaan
untuk mempengaruhi orang lain memberikan tanggapan dengan cara tertentu
sehingga tidak dinyatakan bersalah dan akhirnya tidak dihukum. Pernyataan “
cintaku bersifat abadi” mengungkapkan perasaan bersifat puitis, namun tidak
bersifat informatif, dan hampir mengandung makna jika ditinjau secara harfiah(
arti kata sebagaimana aslinya/ asalnya). Pernyataan yang lain adalah sebagai
ungkapan yang tepat, tentang yang disukai dan ucapan basa basi belaka.
Pernyataan “ manusia seharusnya beragama” mengandung makna “ saya ingin agar
orang percaya akan adanya Tuhan.” pernyataan “ demokrasi di Amerika merupakan
kemerosotan kaum borjuis”, mengandung makna “ saya tidak menyukai bentuk
pemerintahan atau sistem ekonomi Amerika.” contoh ucapan yang bersifat basa
basi ialah apa yang kita katakan bila menjumpai seseorang untuk pertama kalinya
dapat mengatakan “ glad to meet you” ( “ saya senang bertemu anda”) atau “ how
do you do?” ( “ apa kabar?”). Kedua hal ini tidak lebih dari sekedar menyatakan
tata krama. Unsur yang hakiki ialah bahwa filsafat berusaha memuat pengetahuan.
Pernyataan kefilsafatan juga memberi kesenangan pada sementara orang atau
melukai hati orang lain, hal itu merupakan soal lain terhadap penggunaannya
yang utama. Bahwa suatu pernyataan yang diucapkan oleh seseorang filisuf Ipso
fakto mengandung makna.
ATURAN- ATURAN TERPOKOK SUATU BAHASA.
Uraian kefilsafatan terdiri dari seperangkat istilah dan
seperangkat pernyataan yang dibentuk dari istilah- istilah dengan istilah-
istilah lain dalam maknanya yang lazim, dari bahasa yang digunakan oleh sang
filusuf ( misal, bahasa inggris ). Bahasa yang lengkap terdiri dari tiga
perangkat aturan. Perangkat pertama semantik. Aturan ini menerangkan hubungan
ungkapan bahasa dengan yang ditunjukkan. Aturan dapat dibagi sebagai berikut:
1. aturan pembentukan, menerangkan kapan seperangkat tanda
menunjukkan pernyataan.
2. aturan yang melukiskan apakah ditunjuk oleh macam- macam
tanda.
3. aturan yang melukiskan bilamanakah dikatakan mengandung
‘kebenaran’. Memberi pengertian mengenai kebenaran. Perangkat aturan kedua
pragmatis. Aturan ini menerangkan latar istilah pernyataan bersifat kejiwaan,
emosional, geografik. Misal: nama “ Tuhan” senantiasa dipakai dengan perasaan
hormat.
Perangkat aturan ketiga sintaksis. Aturan menerangkan cara
menyimpulkan ungkapan dengan jalan perubahan bentuk. Misal: jiak(1) ‘p’ dan (2)
‘q’, maka (3) disimpulkan ‘q’.
PRAGMATIKA. Menentukan makna yang diberikan seorang filusuf. Perlu juga
memperhatikan bagaiman ia menggunakan istilah dan rangka emosi dan sosial dari
istilah. Plato percaya atau tidak percaya kepada ‘demokrasi’. Perkataan ‘ demokrasi’
jika digunakan oleh plato, tidak mungkin mempunyai makna yang sama. Istilah ‘
mistress’ mempunyai makna yang sesuai dengan tempat yang digunakan.
KESIMPULAN
Filsafat merupakan hal yang sukar. Namun filsafat juga sangat
banyak mendatangkan keuntungan. Tetapi, jika mengalami getaran hati, yang
mengiringi penalaran yang ketat serta pembuktian yang logis, maka terbukti
bahwa uraian kefilsafatan sangat menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar