Jumat, 01 Juli 2016

BAHASA DALAM URAIAN KEFILSAFATAN



FILSAFAT DAN BAHASA
Suatu sistem filsafat dipandang sebagai suatu bahasa dan perenungan kefilsafatan, bahkan sebagai penyusunan bahasa. Alat terpokok dari semua filsafat adalah bahasa. Ungkapan pikiran dan hasil perenungan kefilsafatan tidak dapat dilakukan tanpa bantuan bahasa. Maka, untuk selanjutnya dalam usaha memahami filsafat dan tugas filusuf, mempelajari bahasa yang digunakan dalam kefilsafatan.
Pembedaan antara pembicara tentang filsafat dan dalam filsafat. Pertama- tama, berbicara tentang filsafat. Bicara tentang filsafat merupakan bagian berbicara di dalam filsafat. Dengan ini,  filsafat merupakan suatu cabang filsafat. Pembedaan  di antara berbicara tentang bahasa dan berbicara di dalam bahasa adalah penting.
contoh: “ ‘kucing’ menunjukkan seekor binatang yang berkaki empat.”
mengenai ‘kucing’ bukan kucing sesungguhnya. Pernyataan menerangkan tanda kutip tunggal mengurung kata tersebut. Maka, mengatakan apa yang ditunjuk oleh kata kucing. Kami  maksudkan, kucing( tanpa tanda kutip), binatang sesungguhnya, maka: “ Kucing menunjukkan seekor binatang yang berkaki empat”. Kalimat tidak bermakna, kucing tidaklah menunjukkan seekor binatang yang berkaki empat, tetapi kucing seekor binatang yang berkaki empat. 




Di lain pihak “ ’Kucing’ makan daging”. Kalimat tidak bermakna karena perkataan dinyatakan di dalam bahasa, tetapi tentang bahasakalimat merupakan kalimat yang mengenai dirinya sendiri. Misal: “ Kalimat itu memiliki lima perkataan”. Kitapun menjumpai kalimat tentang kalimat. Pernyataan “ yang nyata ialah yang rasional” pernyataan ini mengandung makna dan benar. Kalimat ini mengandung makna karena pernyataan tentang kalimat yang terdapat di dalam perenungan kefilsafatan. Jawaban terhadap pertanyaan itu sendiri. Ciri yang menonjol dari filsafat. Mungkin untuk berbicara tentang fisika tanpa berbicara istilah fisika, atau bicara tentang matematika tanpa menguraikan persamaan. Tetapi, tidak dapat berbicara tentang filsafat kecuali di dalam istilah filsafat. Pertanyaan “ Apakah filsafat itu?” merupakan pertanyaan kefilsafatan. Tetapi, pertanyaan apakah fisika itu?” bukanlah pertanyaan di dalam fisika.  Istilah tersebut membicarakan hubungan antara filsafat dengan pengetahuan lain. Seperti ilmu jiwa, fisika, ilmu sosial, agama. Filsafat bicara tentang. Tentang agama, maka kita berada di dalam filsafat agama. Karena di dalam agama, maka pertanyaan yang diajukan pertanyaan keagamaan. Juga berlaku bagi ilmu lain.

Hakikat bahasa, bahasa tersusun dari perangkat tanda yang digabung dengan cara tertentu. Ada tanda satu demi satu, seperti huruf abjad. Bila huruf digabungkan maka darinya menimbulkan yang dinamakan “kata” atau “ istilah dasar” bahasa. Misal: huruf a, t, d, c. Jika, a,t, c, digabungkan dengan urutan tepat, maka kita akan memperoleh “cat” yang menunjukkan seekor binatang. Menurut buku dictionary of filosofy atau( karangan D.D. Runes) “hendaknya kita jangan merasa sudah puas dalam hal makna yang dikandung oleh suatu istilah. Janganlah kita beranggapan telah mengetahui sepenuhnya makna yang dikandung oleh suatu istilah. Bahkan sebaliknya, kita justru harus selalu siap beranggapan bahwa kita tidak mengetahui maknanya. Perkataan bahasa kefilsafatan merupakan perkataan yang memperoleh makna khusus. Dalam bahasa kefilsafatan yang penting ialah hendaknya kita jangan merasa sudah puas dalam hal makna yang dikandung oleh suatu istilah.


Simbol dan perkataan. Kata atau istilah merupakan simbol. Berarti perkataan atau istilah merupakan tanda yang dipakai untuk menunjuk sesuatu di balik perkataan atau istilah itu sendiri. Perkataan atau istilah mewakili barang atau mewakili gagasan atau setidaknya mewakili sesuatu. Maka, setiap perkataan mempunyai tiga macam segi:
1. tanda itu sendiri.
2. sesuatu yang ditunjukkan.
3. subjek yang memakai perkataan itu.
Masalah tanda, sering tidak penting dalam kefilsafatan, meskipun bahwa perkataan berupa tanda dengan cara tertentu menjadi penting menyangkut maknanya.  Ada orang yang percaya bahwa perkataan merupakan maknanya. Tetapi apakah saya mengatakan tisch atau meja, namun yang ingin saya katakan adalah barang yang sama.

Makna perkataan. Barang sesuatu yang ditunjuk oleh suatu tanda atau perkataan dinamakan yang diacunya atau makna objeknya. Sering menentukan yang diacu oleh suatu perkataan. Misal: menentukan apa yang ditunjuk oleh perkataan Tuhan atau demokrasi. Ini merupakan masalah menentukan makna perkataan. Aspek ketiga perkataan ialah hubungan perkataan dengan pikiran seseorang. Bagi orang tadi, perkataan merupakan perkataan. Misal: diacu dengan perkataan demokrasi mungkin tidak didefinisikan. Tetapi, perkataan tadi bagi seseorang mengacu kepada Amerika. Sedangkan bagi orang lain, mengacu pada penghisapan kapitalis. Dengan kata lain, perkataan menimbulkan pelbagai gagasan atau emosi jiwa seseorang yang mendengarnya. Dapat menyebabkan tindakan dengan cara yang khusus. Hendaknya tanda yang sama menunjukkan perkataan secara semantik dan/ atau pragmatik dalam keadaan yang berbeda. Misal: perkataan “ kapitalis” merupakan istilah pujian atau hubungan yang lain dapat menimbulkan sikap yang menghina. Maka, perkataan dapat mengandung makna baik secara semantik maupun secara pragmatik.
Kalimat dan pernyataan. Jika kata disatukan dengan aturan sintaksis( tata bahasa) maka terjadilah kalimat. Misal: ‘reallity’ ( realitas), ‘matter’ ( materi), ‘is’ (adalah, itu), ‘of’ (dari), ‘composed’ ( terdiri), ‘and’ (dan), ‘mind’ ( roh). Jika perkataan dibariskan sehingga memenuhi aturan sintaksis bahasa inggris, kita memperoleh pernyataan “ Reallity is composed of matter and mind” ( realitas terdiri dari materi dan roh). Atau perkataan ‘obey’ ( taati), ‘ law’( hukum), ‘the’. Perkataan jika digabungkan terdapat kalimat “ obey the law” ( taatilah hukum), suatu pemerintah. Antara kalimat suatu bahasa, ada kalimat yang disebut kalimat berita. Kalimat berita: kalimat menyatakan keadaan itulah yang merupakan halnya. Kalimat berita juga dinamakan pernyataan- pernyataan. Misal: “ yang ada tiu bersifat tunggal” menyatakan ketunggalan yang ada. Ini merupakan pernyataan karenanya dianggap menyatakan sesuatu yang benar. Kalimat bersangkutan sifat dari apa yang dimaksudkan dengan perkataan “yang ada”. Kalimat ini menyatakan “ yang ada” itu mempunyai sifat ditunjuk dengan kata tunggal. Ada empat cara untuk berbicara tentang pernyataan:
1. pernyataan itu digunakan untuk apa?
2. apakah makna pernyataan itu?
3. apakah pernyataan ibu benar atau sesat?
4. apakahsintaksis pernyataan itu?
Pertanyaan terakhir tercakupdalam bidang khusus logika, pertanyaan pertama termasuk dalam bidang pragmatika, kita hanya membicarakan yang kedua dan ketiga dalam cabang filsafat yang tersisa.

Penggunaan pernyataan. Untuk sejumlah tujuan memuat atau memberitahukan pengetahuan. Misal: pernyataan, “ dunia terdiri dari suatu deretan objek di dalam ruang” atau “ Tuhan bersifat pengampun”, dimaksudkan untuk memuat informasi. Pernyataan digunakan untuk memuat pengetahuan, setelah dianalisa ternyata tidak demikian. Ini dapat terjadi baik karena pernyataan sesat maupun karena pernyataan itu tidak mengandung makna. Dalam pernyataan yang sesat dipandang memberitahukan pengetahuan. Hendaknya selalu diingat perbedaan antara pernyataan yang sesat dengan pernyataan tiada mengandung makna. Misal: “ matahari terbit pada tengah malam” tentu sesat. Pernyataaan bermaksud memuat pengetahuan, pernyataan mengandung makna. Jika kita mengetahui sungguh- sungguh sesat, pernyataan tidak memuat pengetahuan. Tetapi pernyataan, “ kertas yang saya tulis ini ingin sekali makan daging dan kentang,” jelas tidak mengandung makna, meskipun unsur- unsurnya mengandung makna. Karena dengan mudah diketahui kertas bukan jenis hal yang mempunyai keinginan yang dapat makan. Unsur tersebut tidak ada artinya. Pernyataan kefilsafatan untuk memuat pengetahuan.karena itu, bila kita mempertimbangkannya. pernyataan dapat digunakan untuk mendorong serta mengarahkan perbuatan oranglain. Pernyataan, “ Tuhan bersifat pengampun.” pernyataan ini lebih untuk mendorong orang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu daripada untuk memuat informasi. Pernyataan “ sesungguhnya sejarah telah ditentukan dan perbuatan saya tidak dapat dihindarkan.” pernyataan ini mengandung informasi, tetapi merupakan percobaan untuk mempengaruhi orang lain memberikan tanggapan dengan cara tertentu sehingga tidak dinyatakan bersalah dan akhirnya tidak dihukum. Pernyataan “ cintaku bersifat abadi” mengungkapkan perasaan bersifat puitis, namun tidak bersifat informatif, dan hampir mengandung makna jika ditinjau secara harfiah( arti kata sebagaimana aslinya/ asalnya). Pernyataan yang lain adalah sebagai ungkapan yang tepat, tentang yang disukai dan ucapan basa basi belaka. Pernyataan “ manusia seharusnya beragama” mengandung makna “ saya ingin agar orang percaya akan adanya Tuhan.” pernyataan “ demokrasi di Amerika merupakan kemerosotan kaum borjuis”, mengandung makna “ saya tidak menyukai bentuk pemerintahan atau sistem ekonomi Amerika.” contoh ucapan yang bersifat basa basi ialah apa yang kita katakan bila menjumpai seseorang untuk pertama kalinya dapat mengatakan “ glad to meet you” ( “ saya senang bertemu anda”) atau “ how do you do?” ( “ apa kabar?”). Kedua hal ini tidak lebih dari sekedar menyatakan tata krama. Unsur yang hakiki ialah bahwa filsafat berusaha memuat pengetahuan. Pernyataan kefilsafatan juga memberi kesenangan pada sementara orang atau melukai hati orang lain, hal itu merupakan soal lain terhadap penggunaannya yang utama. Bahwa suatu pernyataan yang diucapkan oleh seseorang filisuf Ipso fakto mengandung makna.

ATURAN- ATURAN TERPOKOK SUATU BAHASA.
Uraian kefilsafatan terdiri dari seperangkat istilah dan seperangkat pernyataan yang dibentuk dari istilah- istilah dengan istilah- istilah lain dalam maknanya yang lazim, dari bahasa yang digunakan oleh sang filusuf ( misal, bahasa inggris ). Bahasa yang lengkap terdiri dari tiga perangkat aturan. Perangkat pertama semantik. Aturan ini menerangkan hubungan ungkapan bahasa dengan yang ditunjukkan. Aturan dapat dibagi sebagai berikut:
1. aturan pembentukan, menerangkan kapan seperangkat tanda menunjukkan pernyataan.
2. aturan yang melukiskan apakah ditunjuk oleh macam- macam tanda.
3. aturan yang melukiskan bilamanakah dikatakan mengandung ‘kebenaran’. Memberi pengertian mengenai kebenaran. Perangkat aturan kedua pragmatis. Aturan ini menerangkan latar istilah pernyataan bersifat kejiwaan, emosional, geografik. Misal: nama “ Tuhan” senantiasa dipakai dengan perasaan hormat.
Perangkat aturan ketiga sintaksis. Aturan menerangkan cara menyimpulkan ungkapan dengan jalan perubahan bentuk. Misal: jiak(1) ‘p’ dan (2) ‘q’, maka (3) disimpulkan ‘q’.

PRAGMATIKA. Menentukan makna yang diberikan seorang filusuf. Perlu juga memperhatikan bagaiman ia menggunakan istilah dan rangka emosi dan sosial dari istilah. Plato percaya atau tidak percaya kepada ‘demokrasi’. Perkataan ‘ demokrasi’ jika digunakan oleh plato, tidak mungkin mempunyai makna yang sama. Istilah ‘ mistress’ mempunyai makna yang sesuai dengan tempat yang digunakan.

KESIMPULAN
Filsafat merupakan hal yang sukar. Namun filsafat juga sangat banyak mendatangkan keuntungan. Tetapi, jika mengalami getaran hati, yang mengiringi penalaran yang ketat serta pembuktian yang logis, maka terbukti bahwa uraian kefilsafatan sangat menyenangkan.























Tidak ada komentar:

Posting Komentar